Permainan Imajinasi

Sebentar lagi waktu itu tiba. Waktu yang dinanti banyak orang, yaitu perubahan angka tiga menjadi empat. Hampir dari sebagian besar manusia di muka bumi punya rencana dan harapan besar untuk pergantian angka itu. Begitu pun dengan saya.
Tak terasa sudah bertemu dengan bulan di akhir tahun, lagi. Waktu memang terasa cepat. Hampir sembilan bulan tugas akhir pun belum juga berakhir. Saya terlalu sibuk menyalurkan keinginan dan pekerjaan, hingga lupa kewajiban. Seperti itulah saya di 2013, dan saya muak mengulanginya lagi di tahun pergantian menjadi angka empat. Saya tidak jauh-jauh berharap di 2014 jadi lebih baik, tapi hari ini harus lebih baik dari kemarin, because we never know what happen with tomorrow, still life or die. And show must go on.

"Aku.. kamu... kita... apakah akan berdampingan di 2014? Atau hanya wacana untuk melengkapi antariksa di setiap senja. Terlalu banyak perumpamaan yang ku tulis dalam benak, tapi tak pernah selesai ku rangkai dalam kesatuan utuh, cerita."

Hampir setiap malam membuat resah, dan sering berimajinasi. Apa Anda juga seperti saya? Setiap malam imajinasi itu mengalir menjadi rajutan cerita, satu malam satu episode yang tak pernah terduga dan direncana. Semua mengalir begitu saja. Bahkan saya bisa membayangkan bagaimana interior, tempat, raut muka si aktor, bahkan soal rasa sedih atau senang adegan itu. Sedari kecil imajinasi saya sudah tak terbendung, tepatnya hingga kini. Seperti membayangkan bentuk awan menjadi sebuah muka yang memliki lekukan wajah, sebuah tissu yang tak sengaja terlilit kemudian di imajinasi saya seperti bentuk mayat dikemas dengan kain kafan, bahkan beberapa detail tekstur cat ditembok kamar seperti relief di candi dengan ukuran mini. Menurut Anda apakah ini sebuah penyakit? Terkadang saya merasa resah dengan tingginya imajinasi yang dicapai karena seperti membentuk angan-angan. Tapi saya suka merangkainya jadi sebuah alur cerita, sayangnya tidak pernah selesai karena selalu dibinggungkan untuk memilih akhir cerita seperti apa, jadi sebelum cerita berakhir saya selalu berlombat ke cerita baru, dan begitu seterusnya. Entah sudah berapa cerita yang dirangkai. Apakah ini sebuah penyakit? Imajinasi yang sering menggerus waktu untuk berlama-lama di atas kasur, dan bermain ego di dalamnya. Tidak jarang pula imajinasi itu terhubung ke alam mimpi dan terus mengalir hingga terbangun, tapi sayang, mimpi itu penuh kejanggalan karena saya tidak memegang kendali saat bermimpi, dan ketika terbangun saya sering lupa kelanjutan dari imajinasi ke alam mimpi. Apakah ini sebuah penyakit? Beri tahu saya jawabannya.

Komentar