Sekilas Pengetahuan Mengenai Kasus Situs Jejaring Sosial
Siapa yang tidak kenal dengan situs jejaring sosial yang hampir dimiliki setiap orang dan sebagian besar penggunanya adalah anak muda. Akhir-akhir ini orang tua dirisihkan oleh berita-berita miring akibat penggunaan facebook. Maklum , mayoritas anak muda yang baru gede yang tergila-gila dengan situs jejaring sosial ini. Begitu pula dengan saya, saya memang termasuk penggila dunia maya. Sejak 2003 duduk di kelas 6 SD saya sudah mengenal internet, bahkan sekarang hampir setiap account situs yang eksis saya punya. Tapi ya karena kabar-kabar miring yang beredar orang tua saya membatasi ruang lingkup saya dalam berkomunikasi dengan dunia maya. Hemm.. Dari kasus-kasus yang beredar apakah saya termasuk korbannya? Alhamdulilah tidak. Lalu apakah situs jejaring sosial ini penting untuk kehidupan kita? Mengapa bisa terjadi hal-hal negative pada situs jejaring sosial ini? Salah siapakah?
Tulisan ini saya buat berdasarkan sumber dan opini saya yang berdasarkan pengalaman hidup saya.
Ada beberapa nama situs jejaring sosial yang ada di dunia maya, mulai dari Friendster, Liveconnector, Flicker, Photobucket, Tagged, Facebook, Youfacester, Plurk, Myspace, AOL, Twitter dan masih banyak lagi. Mereka sangat memudahkan kita dalam mengkoneksikan antara 1 jejaring dengan jejaring lainnya.
Friendster. Mengapa di mulai dari friendster? Karena saya merasakan situs jejaring sosial itu mulai dari Friendster. Apa itu Friendster? Friendster, yang ide penamaannya berasal dari nama Napster, adalah sebuah situs web jejaring sosial yang memberikan fasilitas untuk membuat profil dan kemudian mengisi data dirinya untuk kemudian mendapatkan akun di Friendster. Dalam Friendster, kita juga dapat melihat teman dari teman kita dan teman dari teman dari teman kita, selain melihat teman kita sendiri.
Dari friendster kita dapat berkomunikasi dengan orang-orang dari seluruh dunia. Bersilaturahmi, berbagi album foto, ikut group, hingga berkreasi lewat aplikasi layout, musik, slideshow dan masih banyak lagi. Saya sendiri sudah menmpunyai account friendster dari tahun 2004. Berawal dari sering menemani kakak ke warnet lalu liat-liat doang kalo ikut, tiba-tiba saya coba ke warnet sendiri buat account sendiri, alhasil sukses tanpa hambatan apapun. Saya bangga saat itu karena bisa melakukannya sendiri. Maklum masih kecil. Saya menggunakan friendster aktif hingga kelas XI SMA semester awal. Lalu saya mencoba hijrah ke facebook. Teman-teman saya belum punya. Karena merasa sepi yah saya mengajak teman-teman saya untuk daftar punya account facebook, dari mulai daftar sampe ngajarin bagaimana caranya ya saya ajarin deh tuh. Tidak lama kemudian terjadilah hijrah besar-besaran dari friendster ke facebook.
Mengapa saya beralih ke facebook? Saya gerah karena kebanyakan pengunanya menggunakan bahasa-baha yang tidak terdeteksi di otak saya (-_-“) ya anda pasti mengerti lah maksud saya.
Facebook. Zuckerberg adalah sang pencipta Facebook. Pemuda yang lahir di Dobbs Ferry, New York pada tanggal 14 Mei 1984 itu dikenal sebagai seorang programmer muda super inovatif. Zuckerberg membuat Facebook tidak seorang diri, dia dibantu Dustin Moskovitz, Chris Hughes, dan dengan dibantu dana dari Eduardo Saverin.Facebook diluncurkan pada 4 Pebruari 2004 dan keannggotaanya hanya dibatai untuk siswa dari Havard College dan kemudian meluas sampai sekarang ini. Dari September 2006 hingga September 2007, peringkat Facebook naik dari posisi ke-60 ke posisi ke-7 situs paling banyak dikunjungi, dan merupakan situs nomor satu untuk foto di Amerika Serika, mengungguli situs publik lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat setiap harinya.
Beberapa tahun belakangan betah saya main facebook. Karena ada gamesnya yang langsung bisa terhubung, bisa langsung chat, jaringannya langsung bisa koneksi ke situs jejaring lainnya, semua jadi serba mudah dengan menggunakan ini. Katanya sih kasusnya yang akibat bermain facebook sudah mulai dari tahun 2009, tapi sepertinya kasusnya baru booming sekarang-sekarang ini deh. Yang saya lihat sebagian besar kasus tersebut berasal dari luar daerah. Korbannya kebanyakan ABG, karna gara-gara main facebook ada yang diculik, dibawa kabur, diperkosa, perdagangan manusia, murid menulis status di facebook berunsur menghina gurunya doi tidak boleh mengikuti pelajaran di sekolah, malah yang bunuh diri juga ada.
Sekarang siapakah yang pantas untuk disalahkan?
Anak? Orang tua? Atau penciptanya kah? Heeemmmm…..
Banyak orang tua yang menyayangkan dan menyalahkan adanya keberadaan situs jejaring sosial ini karena beberapa kasus yang telah mencuat ke permukaan. Jujur saya sangat risih dengan pernyataan orang tua yang menanggap negative adanya situs jejaring sosial itu. Saya akan merasa tersinggung dan terhina dengan anggapan seperti itu. Saya sangat menyesalkan ada pertanyaan bodoh macam itu.
Mengapa?
Kita orang harus beriman, beretika, berfikir secara positif, kritis dan luas.
Mari kita Jabarkan.
Salah pencipta nya kah?
Menurut saya tentu tidak. Doi kan tentunya meciptakan dengan tujuan positif dong. Untuk kepentingan umum. Sangat bermanfaat pula. Kalaupun negative dan merugikan banyak orang tidak mungkin dikembangkan toh keseluruh dunia. Logikannya gitu.
Salah orang tua kah?
Salahkah orang tua memberikan fasilitas internet? Membelikan barang-barang canggih berteknologi canggih? Hingga dalam genggaman? Saya rasa juga tidak. Menurut saya sun’nah dari orang tua memberikan sesuatu yang bermanfaat apapun itu termasuk bentuknya teknologi internet. Karena memang dengan internet segalanya jadi lebih mudah. Dari bentuknya sebagai media pembelajaran sampai untuk media berkomunikasi dengan biaya yang terhitung murah. Didampingi dengan bimbingan pula kali yah. Karena jaman sekarang banyak anak yang bertingkah aneh.
Salah anak kah?
Yeah. Of course. Lebih tepatnya semua kembali ke diri masing-masing. J Entah itu berasal dari pengaruh lingkungan atau bahkan berasal dari diri sendiri. Kalo anaknya selalu beriman, berfikir positif, kritis serta luas, logikanya dia tidak mungkin melakukan hal-hal yang dalam arti “tidak wajar”. Karena dengan berbekal seperti itu pastinya dia sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Mari kita tela’ah.
Saya ambil salah satu contoh kasus dari seorang gadis asal Surabaya yang katanya menjadi korban akibat bermain facebook untuk kedua kalinya. Dan katanya dia diculik ke Jakarta. Kalau diculik berarti disekap dong? Terus diminta menghubungi keluarga untuk minta uang tebusan. Tapi yang saya lihat salah satu berita di salah satu stasiun tv saat dia diwawancara dia mengaku diajak pergi ke Jakarta, dengan bermodalkan uang di dompet 40 ribu rupiah, dengan naik kereta lalu hapenya hilang di kereta terus sampainya di Jakarta dia diajak jalan-jalan ke Monas oleh laki-laki itu yang dia kenal lewat facebook (katakanlah si A). Lalu dia tinggal dimana? Doi mengakunya sih setelah itu dia diajak ke warnet, penjaganya itu cewe, katanya temannya (katakanlah si cewe ini si B). Si A menitipkan doi ke si B, doi numpang tidur di kost-kostan nya si B. Doi juga mengaku sempat membuka faebook di warnet tersebut lalu mengabari kawannya. Saat dia ditanya oleh host acara berita tersebut dengan pertanyaan, “Apakah kamu tidak terfikir untuk menghubungi orang tua di rumah? Hanya sekedar sms gitu?”. Lalu anak itu menjawab, “Saya takut diomelin mamah”. Jawaban yang terlalu polos. Masih terbilang labil dengan usianya. Yang saya tidak habis fikir kenapa bisa yang kedua kalinya. Apakah dia tidak jera? Mungkin kurang bimbingan kali yah. Atau kurang iman? Atau mungkin ada tekanan dari lingkungan? Hanya doi yang tau mengapa itu bisa terjadi. Terus kelanjutan kasus itu gimana? Heemm…. Untung sudah beres kasus tersebut. Doi tidak kenapa-kenapa. Nasibnya beruntung tidak seperti korban yang lainnya.
Jelas dari sini kita bisa liat dong salah siapa? Semua kembali ke diri masing-masing bro.
Saya masih risih karena kasus-kasus yang beredar. Orang tua saya melarang saya untuk bermain facebook. Sekarang account facebook saya sudah saya privat semuanya bagiannya. Saya juga sudah menghapus teman-teman yang saya tidak kenal. Dan membiarkan friend request saya sampai menumpuk, dengan alasan karena saya pribadi tidak mengenalnya.
Ada sih beberapa orang yang saya kenal baik melalui facebook. Mulai dari beda provinsi, pulau sebrang, bahkan negara lain pun saya punya. Hingga detik ini saya berhubungan baik dengan mereka, entah itu karena kesamaan hobbi, kagum dengan karyanya dan lain-lain. Tapi syukur alhamdulilah saya tidak menjadi korban.
Ada kasus lainnya. Salah satu siswi yang mengakunya sih bersekolah di sekolah swasta yang ada angka 400 nya itu loh. Tepatnya di Twitter. Doi menghina sekolah negeri yang ada. Dia melayangkan kata-kata yang nggak layak dan nggak patut untuk diperbincangkan. Saya sempat kesal dengan beberapa retweetnya bahasanya tidak beretika. Sekilas retweetnya :
Dia sampai masuk ke trend topiknya twitter. Setelah banyak yang yang membaca retweet di twitternya dia banyak yang langsung menghina dirinya. Ckckk
Sebelumnya juga ada kasus seperti ini pelakunya bernama rena yang melayangkan statement pengguna blackberry uber twitter adalah alay (anak layangan).
Solusi.
Saya cukup senang dengan anak-anak jaman sekarang uptodate dengan teknologi yang ada. Tapi dengan kasus-kasus yang ada tampaknya kurang bimbingan. Banyak yang menyalahgunakan internet untuk kepentingan pribadinya dan merugikan orang lain. Jangan lah menjadi orang-orang seperti itu karena sangat merugikan orang lain dan tentunya diri sendiri. Menggunakan teknologi harus menggunakan iman, etika, berfikir positif serta luas. Orang tua juga hendaknya memberikan bimbingan sejak dini kepada anaknya.
Komentar
Posting Komentar